Penulis di depan Museum Nasional (dokumen pribadi) |
Pernahkah anda membayangkan bagaimana rasanya hidup di zaman dahulu ? Well, secara teknis manusia belum bisa melakukan time traveling, tapi di tempat yang satu ini yaitu Museum Nasional anda dapat menikmati pengalaman seakan kembali ke masa lalu untuk menelusuri sejarah!
Museum Nasional Indonesia adalah museum yang menyimpan berbagai macam koleksi Prasejarah, Arkeologi masa Klasik atau Hindu – Budha, Numismatik dan Heraldik, Keramik, Etnografi, Geografi dan Sejarah dengan total koleksi kurang lebih 160.000an benda. Museum Nasional berdiri pada 24 April 1778 berkat Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu sebuah lembaga kebudayaan di Batavia zaman Hindia Belanda.
Museum Nasional memiliki lokasi yang cukup strategis di jantung ibukota yaitu di Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat. Tidak sampai 5 menit dari Monumen Nasional (Monas). Pengunjung dapat menggunakan bus TransJakarta Koridor I Blok M – Kota dan berhenti di halte Monumen Nasional. Museum Nasional Indonesia terletak tepat di sisi kiri halte bus Monas.
Desain bangunan Museum Nasional masih sangat khas berdiri kokoh dengan sentuhan gaya kolonial berwarna putih. Saat sampai ke pintu masuk, patung gajah perunggu nan ikonik siap menyambut anda. Inilah mengapa Museum Nasional populer disebut sebagai Museum Gajah. Patung tersebut langsung didatangkan dari negeri gajah putih, Thailand sebagai hadiah pemberian Raja Chulalongkorn (Rama V) yang berkunjung ke museum pada tahun 1871.
Patung gajah dan bangunan Museum Nasional (dokumen pribadi)
Museum Nasional buka setiap selasa sampai minggu di jam 09.00-15.00 WIB. Cukup mengeluarkan kocek yang relatif murah seharga Rp5.000,00 sebagai tiket masuk, anda dapat menikmati hiburan di dalamnya. Terbukti Museum Nasional cukup ramai oleh para pengunjungnya.
Ada salah satu hal unik yang dituturkan oleh pemandu museum. Hal ini dilakukan oleh para pengunjung, dan lebih tepatnya sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yaitu berfoto dengan orang bule.
“Sebelum pandemi yang kesini lebih banyak lagi mulai dari turis asing sampai turis lokal, tapi turis lokal bukannya semangat melihat koleksi museum tapi malah seneng banget foto sama bule.” ujar Ghufron Hidayatullah pria 28 tahun yang bekerja sebagai pemandu museum.
Terdapat dua gedung penyimpanan koleksi di Museum Nasional yaitu Gedung A dan Gedung Arca (Gedung B). Gedung A menyimpan berbagai koleksi mulai dari relief, stupa, arca dewa dan dewi sampai dengan prasasti zaman melayu kuno, Kerajaan Hindu-Budha dari berbagai daerah di Indonesia dengan konsep semi terbuka. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah arca Bhairawa Buddha yang ditemukan di Perkebunan Padang Roco, Sungai Langsat Sumatera Barat.
Arca Bhairawa Buddha (dokumen pribadi)
“Arca Bhairawa Buddha ini yang paling menarik, karena bisa dilihat ukurannya pun paling besar dibanding arca yang lain disini, diperkirakan dari 13-14 Masehi. Patung ini menggambarkan ritual sinkretisme untuk orang yang sudah mati dan bisa lepas dari lingkaran reinkarnasi.” ujar Ghufron.
Seisi koleksi yang ada di museum sangat menarik karena menyimpan cerita tersendiri dan juga kaya akan nilai seni. Tetapi terlepas dari estetikanya, merawat dan mempertahankan peninggalan berharga ini juga menjadi salah satu tantangan tersendiri.
“Karena gedung A konsepnya semi terbuka jadi beberapa koleksi langsung terpapar sama kondisi di lingkungan luar, kayak terkena matahari, debu, air hujan, sampai lumutan. Untuk itu dari pihak museum selalu melakukan konservasi minimal 2 minggu sekali untuk mengecek keadaan arca dan stupanya.” ujar Ghufron.
Penampakan gedung A (dokumen pribadi)
Walaupun konservasi telah dilakukan tetapi tetap saja beberapa peninggalan berharga ini harus diamankan, karena beberapa tetap tidak dapat bertahan.
“Daripada benar-benar hancur jadi lebih baik ya sudah diamankan ke ruang khusus dan tidak dipamerkan lagi.” lanjut Ghufron.
Tidak jarang juga terlihat beberapa koleksi yang memang sudah sempat retak, tidak lengkap, dan hilang di beberapa bagian sisinya.
“Di depan yang patung Ganesha, nah itu salah satu yang sudah retak dan sempat patah waktu itu, mau tidak mau ya harus diperbaiki, ditarik dari pameran, dan alhamdulilah bisa diperbaiki dan bisa dipamerkan lagi.” jelas Ghufron.
Patung Ganesha (dokumen pribadi)
Gedung Arca (gedung B) dengan empat lantai memiliki koleksi yang lebih beragam lagi. Dari zaman prasejarah tentang manusia dan lingkungannya, ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi sosial, dan emas dan keramik.
Pengunjung diberikan kesempatan untuk melihat-lihat bagaimana cara hidup manusia purba, lingkungan alamnya saat itu, dan juga penemuan dan teknologi yang mereka gunakan. Tidak hanya itu banyak juga koleksi di zaman kedatangan masyarakat eropa mulai dari senjata seperti meriam dan tombak yang digunakan masyarakat Indonesia. Banyak sekali artefak bukti kehidupan baik yang terbuat dari logam, besi, sampai emas. Bahkan pengunjung bisa menemukan barang rumah tangga sederhana seperti sendok, mangkok, lemari, dan masih banyak lagi.
Memang terdengar sederhana dan hanyalah sebuah benda mati. Tapi benda mati itu punya cerita tersendiri dan mengungkapkan bagaimana dulu seseorang bahkan masyarakat menjalani kehidupan di zaman yang sama sekali berbeda dengan saat ini yang harus kita revitalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar